Data 21.000 Perusahaan di Indonesia (Agustus 2022)
Pada bulan Agustus 2022, data dari 21.000 perusahaan di Indonesia terekspos secara online. Data berukur 347 GB terdiri dari data Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) direksi dan komisaris, NPWP perusahaan, KK pemegang saham, serta data-data penting lainnya.
Data Pelamar Kerja PT Pertamina Training & Consulting (Januari 2022)
Insiden kebocoran data pada Januari 2022 juga melibatkan PT Pertamina Training & Consulting, sebuah perusahaan konsultan. Terdapat lebih dari 160.000 file dengan total ukuran 60 GB informasi pribadi pelamar pekerjaan terbongkar, seperti nama lengkap, alamat, tempat dan tanggal lahir, agama, hingga gelar secara terperinci.
Dampak Kebocoran Data bagi Bisnis dan Individu
Kebocoran data memiliki dampak serius baik bagi bisnis maupun individu. Bagi bisnis, kebocoran data dapat merusak reputasi, kehilangan kepercayaan pelanggan, dan berujung pada kerugian finansial yang signifikan.
Data pelanggan yang terekspos dapat dimanfaatkan untuk penipuan atau pencurian identitas, yang bisa berdampak pada relasi bisnis. Selain itu, pelanggaran data bisa melibatkan biaya hukum, investigasi, dan pemulihan data yang mahal.
Bagi individu, kebocoran data bisa berarti kerentanan terhadap penipuan, identitas dicuri, atau kehilangan privasi. Informasi pribadi yang terekspos, seperti nomor kartu kredit atau data medis, dapat dimanfaatkan dengan cara yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk melindungi data pribadi dengan serius.
Baca juga: 7 Contoh Kasus Cybercrime yang Paling Populer
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Selain Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga sukses masuk ke dalam daftar. Sesuai namanya, perusahaan pelat merah ini bertanggung jawab atas pengadaan dan pengelolaan listrik di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, dikabarkan bahwa PLN mencetak pendapatan sebesar US$32,02 miliar (Rp519,20 triliun) dan mendapatkan keuntungan sebesar US$1,44 miliar (Rp23,36 triliun).
Data SIM Card Indonesia (September 2022)
Pada bulan September 2022, sebanyak 1,3 miliar data kartu SIM Card di Indonesia menjadi target kebocoran data dan dijual di forum breached.to. Bjorka, nama akun yang mengunggah data ini mengaku data berukuran 87 GB ini berisi Nomor Induk Kependudukan (NIK), nomor telepon, dan tanggal registrasi.
Data Pasien Rumah Sakit (Januari 2022)
Pada bulan yang sama, terjadi kebocoran data pasien rumah sakit di Indonesia. Data medis pribadi dan informasi sensitif lainnya dengan ukuran 720 GB dijual di forum online Raidforums. Akun bernama GOD User, mengklaim bahwa data ini berasal dari server Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan.
Baca juga: Apa Itu Data Security? Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya bagi Keberlangsungan Bisnis
Data 400 Juta Akun Twitter Dijual Saat Natal (Desember 2022)
Di akhir tahun 2022, dunia dihebohkan oleh insiden kebocoran data yang melibatkan Twitter, salah satu platform media sosial terkemuka. Data dari 400 juta akun Twitter, termasuk informasi pribadi seperti nama pengguna, kata sandi, dan data terkait akun lainnya, dijual secara daring menjelang hari Natal. Kasus ini menciptakan risiko keamanan bagi pengguna Twitter yang data pribadi mereka terekspos.
Kebocoran data Twitter ini menegaskan bahwa bahkan perusahaan besar dan terkemuka dalam teknologi tidak kebal dari risiko keamanan siber. Ini juga menyoroti pentingnya tindakan pencegahan dan perlindungan data pengguna di era digital yang rentan terhadap ancaman siber.
Baca juga: Inilah 9 Ancaman Cloud Computing yang Wajib Anda Pahami
Kasus Kebocoran Data di Dunia
Kebocoran data bukanlah masalah yang terbatas pada satu negara. Di seluruh dunia, terdapat sejumlah kasus yang menggemparkan karena melibatkan jutaan bahkan ratusan juta data pengguna.
Berikut adalah tiga kasus kebocoran data besar yang mencengangkan dunia:
Data 540 Juta Pengguna Facebook (2019)
Pada tahun 2019, dunia dikejutkan oleh kebocoran data besar yang melibatkan Facebook, salah satu platform media sosial terbesar di dunia. Informasi pribadi dari 540 juta pengguna Facebook tersebar secara daring.
Data yang terekspos mencakup nomor telepon, alamat email, dan informasi pribadi lainnya. Kebocoran ini menciptakan potensi risiko keamanan, termasuk penipuan identitas, yang bisa merugikan pengguna yang terkena dampak.
Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan data pengguna dalam platform media sosial yang luas penggunaannya. Hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang kebijakan privasi dan tanggung jawab perusahaan teknologi terhadap keamanan data pengguna.
Angin muson merupakan angin yang berhembus secara musiman. Keberadaan angin muson bagi Indonesia yang terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia ini memiliki dampak terhadap perubahan iklim setiap tahunnya.
Lantas apa yang dimaksud dengan angin muson itu? Apa saja macam angin muson di Indonesia? Dan bagaimana dampak angin muson di Indonesia? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini:
Mengutip dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), angin muson disebut juga angin musim atau angin monsun. Angin muson adalah angin yang bertiup dalam skala regional (skala benua) yang berubah arah azimut minimal 120 derajat dan terjadi secara periodik (6 bulan sekali).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia sebagai negara yang terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia juga berada di antara Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan Laut China Selatan membuatnya mendapatkan dua macam angin muson. Ada angin monsun yang bertiup dari Benua Asia dan angin muson dari Benua Australia.